Minggu, 20 Juli 2008

DASAR-DASAR PENGETAHUAN

A. TUJUAN PENULISAN

Pada analisis ini penulis bertujuan untuk mengetahui bagaimana manusia mengembangkan pengetahuannya, yang didasarkan pada proses berfikir baik yang berupa analitik ataupun non-analitik, bagaimana sumber-sumber pengetahuan itu diperoleh, serta bagaimana kriteria kebenaran dari pengetahuan tersebut. Selain itu juga, penulis ingin mengetahui konsep apa saja dari bab ini yang dapat diambil sebagai pelajaran untuk kehidupan bermasyarakat.

B. FAKTA UNIK

Beberapa fakta unik yang muncul dari bab ini adalah sebagai berikut. Yang pertama yaitu adanya fakta bahwa instink binatang jauh lebih peka dari instink manusia. Sebagai contoh, bila akan terjadi bencana alam seperti gunung meletus, hewan dapat merasakan gejala-gejalanya terlebih dahulu dibandingkan manusia. Hanya saja hewan tidak bisa menalar mengenai apa-apa yang berkaitan dengan gejala tersebut dan tidak dapat menyampaikan pola pikirannya dengan bahasa yang jelas. Fakta ini memberikan tawaran kepada manusia mengapa tidak bekerja sama dengan hewan, dengan cara mengamati dan mempelajari tingkah laku hewan-hewan tersebut dalam menghadapi terjadinya perubahan alam seperti bencana alam. Dengan demikian, kita dapat mengantisipasi apa saja yang perlu kita lakukan sebelum terjadinya bencana.

Fakta unik yang lain yaitu secara kimia dan fisika otak kerbau mirip otak manusia. Tentu saja manusia lebih cerdas daripada hewan karena manusia mampu mengembangkan pengetahuannya untuk kelangsungan hidupnya dan mencapai tujuan tertentu. Sedangkan hewan, pengembangan pengetahuan hanya difokuskan untuk kelangsungan hidupnya saja. Namun demikian, fakta ini memungkinkan manusia untuk melakukan penelitian terhadap otak kerbau sebagai perbandingan terhadap otak manusia. Barangkali dengan rumusan masalah, “Apakah kerbau dapat distimulasi untuk menerima perintah melakukan kegiatan seperti yang dilakukan manusia?”

C. PERTANYAAN YANG MUNCUL

Ada beberapa hal yang menimbulkan pertanyaan pada pembahasan dalam bab ini. Satu diantaranya yaitu pada pemikiran secara logika, pernyataan-pernyataan yang digunakan sebagai dasar penarikan kesimpulan kadang-kadang tidak konsisten. Jika demikian, apakah kesimpulan yang diperoleh akan konsisten?

Adapun pada kaum empiris, sumber pengetahuannya didasarkan pada fakta dalam dunia fisik yang diperoleh melalui pengalaman yang mengandalkan panca indera sebagai alat penangkapnya. Padahal, ada pengetahuan lain yang tidak dapat ditangkap panca indera dan bernilai benar yaitu wahyu Tuhan. Apakah hasil pengetahuan yang diperoleh kaum empiris ini akan ada yang bertentangan dengan kebenaran dari Tuhan?

Dan bagi kaum rasionalisme, sumber pengetahuannya didasarkan pada penalaran rasio yang bersifat abstrak. Kemudian hasil pengetahuannya yang bersifat subjektif tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk proses penalaran rasional yang lain. Apakah hasil pengetahuan yang diperoleh akan menimbulkan bias?

D. KONSEP UTAMA

Penalaran adalah proses berpikir yang berdasarkan alur kerangka berpikir tertentu. Pola berpikir ini dan bahasa yang komunikatif digunakan manusia untuk mengembangkan pengetahuannya. Hal inilah yang menyebabkan manusia berbeda dengan hewan. Penalaran merupakan kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran. Ternyata, proses berpikir untuk menghasilkan pengetahuan yang benar itu berbeda-beda karena nilai benar bagi setiap orang itu berbeda. Hal ini dapat dipahami karena proses penemuan kebenaran bagi setiap orang mungkin menggunakan jenis penalaran yang berbeda-beda pula, dimana tiap jenis penalaran tersebut mempunyai kriteria kebenarannya masing-masing. Adapun kriteria tersebut ada yang didasarkan pada penalaran secara logika, yaitu pola berpikir yang didasarkan pada pola atau logika tertentu. Dan kriteria kebenaran yang lain yaitu pola berpikir yang didasarkan pada cara berpikir analitik, yaitu proses berpikir yang didasarkan pada suatu analis dan kerangka berpikir tertentu serta kegiatan berpikirnya berdasarkan langkah-langkah tertentu. Kebenaran ataupun hasil pengetahuan yang diperoleh melalui penalaran diharapkan selalu koheren atau konsisten.

Pola berpikir yang lain yaitu tidak berdasarkan penalaran melainkan berdasarkan intuisi dan wahyu. Lain halnya dengan penalaran, intuisi dan wahyu diyakini sebagai sumber pengetahuan yang benar, karena pengetahuan ini berasal dari Tuhan. Jadi manusia hanya pasif menerima tanpa proses berpikir mengikuti aturan tertentu.

Sumber pengetahuan pada kedua pola berpikir tersebut itupun berbeda. Pada cara berpikir berdasarkan intuisi dan wahyu, sumber pengetahuannya diyakini berasal dari Tuhan, jadi tidak diragukan lagi kebenarannya. Sedangkan pada cara berpikir berdasarkan penalaran, sumber pengetahuan bagi kaum rasionalisme berbeda dengan kaum empiris. Bagi kaum rasionalisme, sumber pengetahuannya berdasarkan penalaran rasional yang bersipat apriori, sehingga hasil pemikirannya dapat bersifat subjektif. Sedangkan kaum empiris sumber pengetahuannya berdasarkan pengalaman konkret/nyata, dan pengetahuan yang dihasilkan mengikuti pola-pola tertentu.

Adapun cara penarikan kesimpulan dari proses bernalar dan kriteria kebenarannya ada beberapa macam. Satu diantaranya yaitu logika, yaitu suatu penarikan kesimpulan yang berdasarkan cara-cara tertentu. Cara yang dimaksud adalah cara induktif dan cara deduktif. Secara induktif, penarikan kesimpulan dilakukan dari kasus yang bersifat khusus atau individual menjadi hal yang bersifat umum. Sebaliknya, secara deduktif penarikan kesimpulan dilakukan dari hal yang bersifat umum menjadi hal yang bersifat khusus. Pengetahuan yang diperoleh secara induktif bukanlah pengetahuan yang baru melainkan hanya menekankan kepada struktuk dasar yang menyangga pengetahuan tersebut. Adapun ketepatan pengetahuan yang diperoleh secara deduktif tergantung kepada premis mayor, premis minor, serta keabsahan pengambilan kesimpulannya. Selain logika, cara penarikan kesimpulan yang lain yaitu berdasarkan teori korespondensi, yang menyatakan bahwa suatu pernyatan adalah benar apabila berkorespondensi dengan objek yang dituju oleh pernyataan itu. Jadi ketepatan penarikan kesimpulan akan valid bila objek yang dituju bersifat faktual. Adapun berdasarkan teori pragmatis, kebenaran suatu penyataan diukur dengan kriteria apakah parnyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Apabila pengetahuan itu sudah tidak fungsional lagi dalam kehidupan manusia maka kebenarannya tidak diakui lagi.

E. REFLEKSI DIRI

Dalam kehidupan bermasyarakat, kita sering dihadapkan kepada suatu pernyataan yang menuntut kita untuk berpikir apakah pernyataan tersebut benar atau salah. Kita mencoba untuk menganalisa permasalahan tersebut dan berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan menentukan nilai kebenarannya. Yang perlu diingat bahwa nilai benar menurut diri kita sendiri belum tentu benar menurut orang lain. Mereka mungkin menggunakan cara berpikir yang berbeda dari cara berpikir yang kita gunakan. Oleh karena itu, yang perlu kita telusuri adalah dari dasar-dasar pemikiran orang tersebut dalam penarikan kesimpulannya sebelum menyatakan apa yang diyakininya benar itu salah. Selama kesimpulan atau pengetahuan yang diperolehnya tidak bertentangan dengan kriteria kebenaran yang berlaku di masyarakat dan bersumber kepada pengetahuan yang valid maka kita tidak dapat mengatakan kesimpulan tersebut salah.

Ada dua macam pola berpikir yang berkembang di masyarakat kita, salah satunya yaitu pola berpikir secara analitik. Pola berpikir ini lebih banyak dikembangkan berdasarkan pola berpikir tertentu. Bila kita menerima hasil pengetahuan dari proses berpikir secara analitik ini maka kita perlu memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan tersebut dalam kehidupan kita. Sebagai contoh, kita menerima bahwa penyebab penyakit demam berdarah adalah bakteri yang ditularkan oleh nyamuk aides egypty, maka sebagai konsekuensinya, kita perlu mengetahui bagaimana cara perkembangbiakan nyamuk tersebut dan usaha-usaha apa yang dilakukan untuk mencegahnya. Usaha-usaha yang kita lakukan dalam menerima pengetahuan secara analitik tersebut membimbing kita untuk berpikir ilmiah pula.

Pola berpikir yang lain yaitu non-analitik yang berupa intuisi dan wahyu. Cara berpikir ini tidak didasarkan pada pola berpikir tertentu, tapi lebih berkenaan dengan keyakinan kita. Kebenarannya dapat diterima di masyarakat dengan baik. Apabila kita menerima wahyu Tuhan sebagai kebenaran dan pengetahuan maka kita perlu juga mengaitkannya dengan kehidupan kita. Dalam hal ini, apa yang kita lakukan dalam kehidupan bertentangan atau tidak bertentangan dengan nilai kebenaran tersebut (wahyu Tuhan).

Dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, kita dapat menggunakan kedua pola berpikir tersebut yaitu secara analitik dan non analitik. Pengetahuan intuitif dapat kita jadikan sebagai penentuan hipotesa untuk mengembangkan pengetahuan selanjutnya. Dan untuk pembuktiannya, kita gunakan penarikan kesimpulan secara analitik. Hal ini diharapkan akan menghasilkan pengetahuan yang lebih bermakna di masyarakat.

1 komentar:

Blog27999 mengatakan...

If you're trying to lose weight then you have to try this brand new tailor-made keto diet.

To create this keto diet, certified nutritionists, fitness couches, and professional cooks joined together to develop keto meal plans that are productive, convenient, price-efficient, and delightful.

Since their first launch in early 2019, 100's of people have already transformed their figure and health with the benefits a professional keto diet can provide.

Speaking of benefits: in this link, you'll discover eight scientifically-proven ones given by the keto diet.